( Nasehat Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar Ruhailiy -hafidzohullah- )
Besarnya pahala itu berbanding lurus dengan kondisi, tempat dan waktu
seseorang. Boleh jadi suatu amalan tidak termasuk amalan utama dan tidak
bernilai pahala yang besar dalam suatu keadaan, namun tidak pada
keadaan lain.
Jika keadaan kita saat ini sebagai seorang dai, maka menyibukkan diri dengan berdakwah itu lebih utama bagi kita.
Jika posisi kita saat ini sebagai seorang saudagar yang memiliki
kelebihan harta, maka mendermakan sebagian harta kita untuk menolong
saudara yang kekurang itu lebih utama bagi kita dan amalan yang besar
pahalanya.
Jika posisi kita saat ini sebagai Penuntut ilmu,
maka menyibukkan diri dengan menuntut ilmu itu lebih utama bagi kita dan
lebih besar pahalanya dari pada kita menyibukkan diri dengan
kesibukan-kesibukan lain yang tidak lebih penting dari menuntut ilmu
tersebut.
Demikianlah saudaraku, sesungguhnya amalan itu akan
membuahkan pahala yang besar sesuai dengan keadaan, tempat dan waktu
seseorang. Oleh karena itu seorang muslim yang cerdas, ia akan
benar-benar memperhatikan permasalahan ini; ia akan sibukkan dirinya
dengan amalan-amalan paling utama dalam setiap kondisi, tempat dan
waktunya, daripada menyibukkan diri dengan amalan-amalan lain yang
tidak lebih utama.
Adapun seorang yang tidak faqih dan tidak
cerdas terhadap permasalahan ini, ia akan sibukkan dirinya untuk
perkara-perkara yang kurang penting dan ia terlantarkan amalan-amalan
utama. Sehingga terluputlah darinya kebaikan yang banyak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من حسن الإسلام المرء تركه مالا يعنيه
“Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika ia meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)
Para ulama
mengategorikan sikap mendahulukan perkara yang kurang penting daripada
perkara utama, termasuk dari tipu daya iblis.
Sebagaiman dijelaskan
oleh Ibnul Qoyyim Rahimahullah, bahwa diantara tipu daya iblis terhadap
anak adam adalah menyibukkan diri mereka dengan perkara-perkara yang
kurang penting dan membuatnya lalai dari amalan-amalan utama. Kemudian
iblis akan hiasi amalan2 smpingan itu seakan-akan merupakan amalan yang
bernilai pahala besar. Jadilah ia orang yang menyibukkan dirinya untuk
perkara-perkara mafdhul ( kurang utama) daripada amalan-amalan yang
afdhal ( utama).[Madarijus Salikin,1/225]
Teruntuk para
thullabul 'ilmi, Syaikh Ibrahim ar-Ruhailiy memberikan nasehat khusus.
Karena mereka ini rawan menjadi sasaran tipudaya iblis. Mengingat di
saat para ulama dan para dai telah berpulang ke haribaan Allah;
merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet dakwah, beliau -Syaikh
Ibrahim- menwasiatkan,
إن من تبليس الإبليس على طلب العلم اشتغال بالأعمال المفضولة على الأفضالل
" Diantara tipu daya iblis terhadap para penuntut ilmu adalah
menyibukkan diri mereka dengan perkara kurang penting sehingga mereka
mengesampingkan perkara yang lebih utama (yaitu menuntut ilmu)."
Anshory 15 Jumadil Awwal 1435 H
Meraup Pahala Besar dengan Menyibukkan Diri Sesuai dengan kapasitas diri.
Written By Unknown on Sunday 6 April 2014 | Sunday, April 06, 2014
Labels:
NASEHAT.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !