Oleh: Firman hidayat
Pendatang di Tanah Haram. Lahir di negeri asalnya, Bima NTB. Mengenai di tahun berapa Al-Bimawi dilahirkan, tidak ada keterangan yang meyakinkan atau bahkan tidak ada ketarangan sama sekali dari para muarrikh yang menyajikan biografi Syaikh Al-Bimawi. Al-'Allamah 'Abdussattar Ad-Dahlawi As-Salafi, misalnya, tidak menyebutkan sama sekali di tahun berapa Al-Bima
wi dilahirkan. Demikian pula dengan penulis Nasyr An-Nur wa Az-Zuhar, Syaikh 'Abdullah Mirdad Abul Khair, ia tidak mencatat tahun kelahiran Syaikh Al-Bimawi. Tapi yang jelas, Al-Bimawi dilahirkan di paruh abad ke-13 H.
'Abdul Ghani Bima kecil melawat ke Makkah dan belajar dari para ulama di sana seperti Al-'Allamah As-Sayyid Muhammad Al-Marzuqi dan saudaranya, Sayyid Ahmaq Al-Marzuqi -penulis 'Aqidatul 'Awwam-, Muhammad Sa'id Al-Qudsi -mufti madzhab syafi'i-, dan Al-'Allamah 'Utsman Ad-Dimyathi. Al-Bimawi banyak mengambil faidah dari para ulama ini.
Syaikh 'Abdul Ghani Al-Bimawi telah 'meluluskan' mayoritas ulama Jawa seperti Syaikh Ahmad Khathib bin 'Abdul Ghaffar As-Sambasi, Syaikh Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Bantani, pemilik karya-karya ilmiah seperti Tafsir Muroh Labid / At-Tafsir Al-Munir li Ma'alimit Tanzil, yang juga pendapat anugrah berupa gelar 'Sayyid Ulamail Hijaz' dari Negeri Taimur, sebagaimana yang dicatat oleh Ustadz Khairuddin Az-Zirikli [Az-Zarkali] dalam kamus tarajimnya, Al-A'lam. Al-Bimawi senantiasa menyibukkan diri dengan mengajar, ibadah & menulis sampai Allah datang ketetapan pada tahun 1270-an H di Makkah. Dan dimakamkan di Ma'la.
Di tengah kesibukannya di Makkah, Al-Bimawi ternyata tidak lantas melupakan negeri asalnya. Ia menyempatkan diri untuk mengadakan perjalan ke Jawa dan tinggal di sana beberapa waktu.
Sebenarnya ada keterangan lebih lengkap lagi dari perjalanan Al-Bimawi, yaitu dalam 'Ensiklopedi Ulama Nusantara', akan tetapi buku ini banyak diwarnai dengan dugaan-dugaan yang tidak jelas kebenarannya. Lebih jauh, penulis buku ini tidak menyebutkan refrensi satu pun.
Oleh karena itu, untuk sementara keterangan perjalanan Syaikh Al-Bimawi saya cukupkan sampai di sini dulu. Allahu Ta'ala a'lam
Catatan:
Dalam sejarah sebelum Indonesia memerdekakan diri, istilah ' Negeri Jawa' disematkan tidak saja Pulau Jawa yang ada sekarang, namun lebih luas dari itu. 'Jawa' di kala itu, mencakup semua negeri-negeri di Asia Tenggara. Seperti halnya juga dengan istilah 'Nusantara' & 'Melayu'. Kenyataan ini sama persis dengan istilah 'Syam' di Timur Tengah yang dahulu mencakup beberapa negara seperti Palestina, Mesir, Suria dll. Allahua'lam.
Refrensi:
1. Faidhul Malikil Wahhabil Muta'ali bi Anba'i Awail Qarn Ats-Tsalits 'Asyar wa At-Tawali karya 'Abdussattar bin 'Abdul Wahhab Ad-Dahlawi (1286-1355 H)
2. Al-Mukhtashar Min Nasyr An-Nur wa Az-Zuhar hal. 262 karya 'Abdullah Mirdad Abul Khair (wafat 1343)
3. Ensiklopedi Ulama Nusantara hal. 18.
Lebih lanjut lihat pula A'lamul Makkiyyin (1/ 332) & Nazhmud-Durar hal. 131.
'Abdul Ghani Bima kecil melawat ke Makkah dan belajar dari para ulama di sana seperti Al-'Allamah As-Sayyid Muhammad Al-Marzuqi dan saudaranya, Sayyid Ahmaq Al-Marzuqi -penulis 'Aqidatul 'Awwam-, Muhammad Sa'id Al-Qudsi -mufti madzhab syafi'i-, dan Al-'Allamah 'Utsman Ad-Dimyathi. Al-Bimawi banyak mengambil faidah dari para ulama ini.
Syaikh 'Abdul Ghani Al-Bimawi telah 'meluluskan' mayoritas ulama Jawa seperti Syaikh Ahmad Khathib bin 'Abdul Ghaffar As-Sambasi, Syaikh Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Bantani, pemilik karya-karya ilmiah seperti Tafsir Muroh Labid / At-Tafsir Al-Munir li Ma'alimit Tanzil, yang juga pendapat anugrah berupa gelar 'Sayyid Ulamail Hijaz' dari Negeri Taimur, sebagaimana yang dicatat oleh Ustadz Khairuddin Az-Zirikli [Az-Zarkali] dalam kamus tarajimnya, Al-A'lam. Al-Bimawi senantiasa menyibukkan diri dengan mengajar, ibadah & menulis sampai Allah datang ketetapan pada tahun 1270-an H di Makkah. Dan dimakamkan di Ma'la.
Di tengah kesibukannya di Makkah, Al-Bimawi ternyata tidak lantas melupakan negeri asalnya. Ia menyempatkan diri untuk mengadakan perjalan ke Jawa dan tinggal di sana beberapa waktu.
Sebenarnya ada keterangan lebih lengkap lagi dari perjalanan Al-Bimawi, yaitu dalam 'Ensiklopedi Ulama Nusantara', akan tetapi buku ini banyak diwarnai dengan dugaan-dugaan yang tidak jelas kebenarannya. Lebih jauh, penulis buku ini tidak menyebutkan refrensi satu pun.
Oleh karena itu, untuk sementara keterangan perjalanan Syaikh Al-Bimawi saya cukupkan sampai di sini dulu. Allahu Ta'ala a'lam
Catatan:
Dalam sejarah sebelum Indonesia memerdekakan diri, istilah ' Negeri Jawa' disematkan tidak saja Pulau Jawa yang ada sekarang, namun lebih luas dari itu. 'Jawa' di kala itu, mencakup semua negeri-negeri di Asia Tenggara. Seperti halnya juga dengan istilah 'Nusantara' & 'Melayu'. Kenyataan ini sama persis dengan istilah 'Syam' di Timur Tengah yang dahulu mencakup beberapa negara seperti Palestina, Mesir, Suria dll. Allahua'lam.
Refrensi:
1. Faidhul Malikil Wahhabil Muta'ali bi Anba'i Awail Qarn Ats-Tsalits 'Asyar wa At-Tawali karya 'Abdussattar bin 'Abdul Wahhab Ad-Dahlawi (1286-1355 H)
2. Al-Mukhtashar Min Nasyr An-Nur wa Az-Zuhar hal. 262 karya 'Abdullah Mirdad Abul Khair (wafat 1343)
3. Ensiklopedi Ulama Nusantara hal. 18.
Lebih lanjut lihat pula A'lamul Makkiyyin (1/ 332) & Nazhmud-Durar hal. 131.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !